Kemudian, menjelang akhir tahun ini, sebuah film superhero lainnya tiba di layar lebar–kali ini dalam bentuk animated movie, dibuat oleh Disney Studios, didesain untuk tontonan semua umur, dan didasarkan pada manga yang belum begitu terdengar namanya di dunia internasional. Film itu berjudul Big Hero 6, dan aku baru saja menontonnya beberapa hari lalu. Seberapa baguskah film ini di dunia genre superhero yang sudah begitu ramai seperti sekarang ini?
The World
Satu menit pertama saat film ini dibuka, penonton langsung disuguhi aerial view dari sebuah kota yang akan menjadi latar film ini: hybrid city bernama San Fransokyo.
Diatas kota San Fransokyo
Sesuai namanya, kota ini adalah penggabungan dari San Fransisco dan Tokyo. Tahunnya tidak diberitahu secara jelas, tapi dari gedung-gedungnya yang begitu tinggi, tata kotanya yang berwarna-warni, dan teknologi-teknologi yang diperlihatkan sekilas, kita bisa menduga bahwa cerita ini terjadi pada satu saat di masa depan. Sebuah semi-utopia dimana robot-robot bukanlah barang baru, balon-balon raksasa menerbangkan kincir angin ke angkasa sebagai pembangkit listrik sekaligus papan reklame, dan pertarungan jalanan antar-geng kini dilakukan oleh para robot-robot.
Di sini, melihat robot kaya gini di pinggir jalan pasti kita udah nyamperin, nyolek-nyolek, nyubit-nyubit, peluk, dan seret ke rumah.
Menurutku pribadi, dunia ini–tak ada kata lain untuk menggambarkannya–breathtaking. Sejak Wall-E, belum pernah kulihat dunia sci-fi di film animasi yang sebagus San Fransokyo. Di satu sisi, kita bisa melihat banyak familiaritas di sana-sini: kantor polisi dengan petugasnya yang merasa bosan dan jenuh mendengarkan laporan mengenai penyerangan oleh supervillain (Really. The officer’s face was even, like, “Again? Oh damn.”).
Dia nggak bisa disalahkan, memang. Ini adalah dunia dimana seorang anak kecil jenius bisa menciptakan armor tempur, lengkap dengan roket dan sayap, untuk sebuah robot di garasi rumahnya. 3D printer ada dimana-mana. Teknologi bisa diakses dengan mudah oleh siapapun, kapan pun. Berapa banyak orang yang telah memanfaatkan keterbukaan tersebut untuk hal-hal hebat/mengerikan?
No, this is not a bomb. How could you think that? This is a missile!
Tidak sedikit, pastinya.
Dan itulah yang membuat dunia ini cukup brilian: menyisakan banyak pertanyaan sekaligus tetap koheren sebagai satu universe utuh. Apa yang terjadi pada dunia? Kenapa Jepang dan Amerika bisa menyatu? Apakah Jepang telah menginvasi AS dan berasimilasi? Atau sebaliknya? Seperti apa rupa kota-kota besar lainnya di dunia ini?
Actually good-looking public transportation. Do want.
Dengan menggunakan dunia ini, para pembuat film ini dengan briliannya mengadaptasikan manga ke dalam layar kaca Hollywood. An easy way, tentu saja, tapi tetap brilian. Dan hal itu membuka kita semua pada tahap berikutnya.
The Story
Plot film ini. Yup. Sama seperti banyak film-film superhero lainnya, film ini dibuka dengan big cinematic action. Seorang anak jenius bernama Hiro, merasa tidak cocok lagi berada di sekolahan, memutuskan untuk menggunakan kepintarannya guna membangun robot-robot petarung dan ikut serta dalam adu robot ilegal di jalanan-jalanan yang sempit dan gelap. That’s epic.
Tak lama, dia jatuh ke dalam masalah, dan kakaknya, bernama Tadashi, yang merasa sangat menyayangkan potensi adiknya yang begitu besar hanya dihabiskan untuk mencari uang secara ilegal, memperkenalkannya kepada dunia baru: sebuah kampus, sebuah universitas, yang memungkinkan mahasiswa-mahasiswanya menciptakan dan mengembangkan teknologi-teknologi baru untuk masa depan.
No kidding. Kalau ada kampus kaya’ begini di sini, aku juga nggak bakal melewatkan kesempatan untuk bisa sekolah di dalamnya. Dan mungkin nggak bakal mau lulus.
Merasa sangat tertantang dan tertarik, Hiro memutuskan untuk menciptakan robot jenis baru untuk membuat Profesor Callaghan–dosen sekaligus rektor (it seems) kampus tersebut untuk menerimanya. Robot temuannya tersebut tampil mengagumkan, dan dia diterima.
Namun, di malam yang sama, sebuah kebakaran hebat terjadi di gedung kampus. Tadashi mencoba menyelamatkan Profesor Callaghan, tapi ia tewas dalam ledakan. Setelah pemakaman kakaknya dan Profesor Callaghan, Hiro merasa depresi, malas untuk melakukan apapun. Dia menimbang-nimbang untuk kembali ke adu robot jalanan. Sebuah robot superimut peninggalan kakaknya, bernama Baymax, mencoba menghiburnya. Namun, dia tidak bisa benar-benar pulih–tidak hingga sebuah misteri baru terungkap.
The Villain!
Robot ciptaan Hiro, yang ia duga sudah hancur dalam kebakaran dan ledakan tersebut, ternyata dicuri orang dan diperbanyak. Dengan robot itu, orang tersebut sepertinya hendak melakukan rencana jahat. Lebih jauh lagi, sepertinya si pencuri tersebut-lah pelaku pembakaran di kampus yang turut menewaskan kakaknya. Bersama Baymax dan sahabat-sahabat kakaknya, Hiro berusaha mencaritahu siapa orang itu, apa tujuannya, dan bagaimana caranya menghentikannya.
The Characters
The whole team!
Di sinilah, menurutku, kelemahan film ini muncul. Tentu, hubungan kakak-adik antara Hiro dan Tadashi digambarkan dengan baik. Tentu, Hiro adalah karakter protagonis yang keren: jenius, pintar, tapi di saat bersamaan sepenuhnya remaja. Plus, dia ingin membalas dendam kematian kakaknya. Kombinasi yang mengerikan, tapi dieksekusi dengan baik di sini. Lalu, Baymax–seriously, sejak Wall-E, mungkin baru kali ini ada robot kartun Disney yang sangat kusukai seperti dia. Simply cute. And terrifying, of course.
“I will murder your entire family and loved ones and destroy everything you ever cared for.”
Hal yang sama, sayangnya, tak bisa dikatakan untuk sebagian besar supporting characters lainnya. Tentu, teman-temannya Tadashi (yang juga menjadi superhero dengan bantuan teknologi dan spesialisasi bidang masing-masing. Honey Lemon, misalnya, dengan spesialisasinya di bidang kimia, memiliki senjata berupa bola-bola warna-warni yang bisa meledak dan menghancur-leburkan robot-robot milik si penjahatnya dalam sekejap. That’s badass. You should see it!) memang keren-keren, tapi selain kemampuan dan keunikan mereka masing-masing (dan anti-trope yang luar biasa. You should see it!), tak ada pendalaman pada diri mereka masing-masing. Mereka jadi terasa seperti Maria Hill, tokoh di The Avengers yang, meski keren, hanya hadir sebagai fungsionalitas saja (karakternya baru mendapatkan pendalaman di CA:TWS, yang sangat kusukai).
They’re super funny, though.
Kecuali, yang mengejutkan, untuk salah satu dari mereka yang ternyata–simply–memiliki keluarga yang tak disangka-sangka. Let’s just say there’s a Stan Lee somewhere there.
Bagaimana dengan supervillain-nya? Bisa kubilang, aku sangat senang dengan cara mereka menyembunyikan identitasnya tersebut. Aku sudah menduga akan ada twist di situ, tapi pengungkapan siapa penjahatnya tetap membuatku kaget–karena aku tidak menduga-duganya. Dan pendalaman tokoh si penjahatnya juga bagus–mirip dengan Hiro.
He’s also strong. Like, crazy strong. Terrifying, too.
Terlepas dari itu semua, harus dikatakan bahwa semua karakter yang ada di film ini saling bertaut satu sama lain. Dengan pemberian cerita yang lebih banyak, aku yakin masing-masing dari mereka bisa lebih bersinar, meningkatkan nilai film ini berkali-kali lipat. Yang mana, hal itu mengarah pada…
The Conclusion
We need more of this. Seriously. Big Hero 6 merupakan film yang sangat bagus, sebuah kickstart untuk tim superhero kita di dunia yang sangat misterius, menarik, dan menggigit. Aku benar-benar berharap akan ada sekuelnya. Aku juga sangat berharap akan ada satu cara, entah bagaimana, mengombinasikan dunia Big Hero 6 dengan MCU. Bumbu-bumbu utamanya sudah ada! Dan untuk yang belum nonton, kusarankan, segeralah tonton. Dijamin nggak menyesal!
“Off to kick some other villains’ asses!”
Sumber:
https://alkadrii.wordpress.com/2014/11/30/film-review-big-hero-6/comment-page-1/#comment-14
0 comments:
Post a Comment